Jumat, 17 Juli 2020

Akhir Cerita yang Nyata

Kali ini aku ingin kembali menulis. Perihal apapun yang ada di benakku.
Sudah cukup lama aku tak kembali menari-nari di atas keyboard laptop ku. Mencurankan isi dari kepalaku. Jadi begini, beberapa bulan yang lalu aku bertemu seseorang, yang begitu jujur dengan segala kebohongannya ia cukup menarik dan cukup buruk. Pertama kali bertemu di kedai kopi sederhana dekat kampusku, Bandung. Aku yang menutup diri ini tak ingin langsung terlihat tertarik di hadapannya namun seiring berjalannya waktu dia mampu meyakinkanku. Dengan segala ucapannya yang manis. Aku percaya, aku memang begitu mudah untuk percaya kepada seseorang tapi semua itu terjadi begitu saja.

Kemudian kami memutuskan untuk bersama. Hampir genap dua bulan setelah ku kirim sebuah email untuknya, sebuah pernyataan bahwa aku ingin bersamanya lebih lama. Banyak sekali hal yang kami lewati. Perihal apapun kami bicarakan, sebab sedari awal kami sepakat untuk terbuka dan mendiskusikan apa yang ada di kepala masing-masing.

Bulan April tahun 2020, menjadi hal terberat di awal tahun ini. Akan ada dimana kita harus berjarak dan tidak bertemu dalam waktu yang lama. Bulan Ramadhan, adalah kepulanganku ke kota hujan. Tak apa, aku sudah meneguhkan hati dengan jarak ratusan kilo meter nanti, pun dengan dirimu yang berjanji akan kembali. Ternyata bulan penuh keberkahan tahun ini menjadi akhir dari cerita kita. Begitu cepat sekali, dengan segala kenangan yang ada kepergianmu secara tiba tiba sulit untuk kuterima.

Tiga bulan setelahnya, kulanjutkan tulisan ini dengan akhir cerita yang nyata. Dengan perasaan parau dan kamu yang abadi di dalam benak. Adalah kita bedebah yang nyata, mempertahan sesuatu yang fana, percaya akan cerita yang selamanya serta yakin akan omong kosong belaka.

1 komentar:

Hidup adalah Masa lalu?

Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk ter...