Setelah sembilan hari berlalu. Setelah kamu memberi kejelasan dari kesemuan. Dan, setelah itu pula aku baru tahu. Bahwa aku tak mampu.
Tak ada malam yang lebih dingin dari menunggunya Tuan untuk pulang. Tanpa pesan, tanpa pernah memberi tanda ketika pergi. Tak ada hari yang paling sepi dari menggunya Tuan memberi kabar. Sepele memang. Perihal ini bisa dimengerti. Tapi, berhari hari menanti jadi tekanan hati.
Tak seperti kepada wanitanya yang dulu, Tuan ini penurut; takut. Tak seperti kepada masa lalunya, Tuan ini sangat mencintainya.
Kali ini perihal mengertiku tentangmu. Yang ingin begitu bebas tanpa ditekan, semena mena pergi lalu ntah kapan kembali. Puan ini hanya bisa menunggu termanggu. Miris, cintanya seolah tak terbalas, penuh kenestapaan. Sebenarnya Tuan ini mengakui tidak hadirnya Puan? Ada yang selalu menunggu Tuan. Apa susahnya memberi tanpa diminta? Seperti awal bertemu, Tuan selalu menemani tanpa pernah Puan minta. Hadirmu Tuan, yang paling diharapkan.
Dan, perihal tahu diri. Jikalau Tuan ingin membebaskan diri, Puan mengerti, Tapi sekiranya, bukan seenaknya. Puan hanya ingin dihargai, sebagai wanita yang benar benar Tuan cintai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hidup adalah Masa lalu?
Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk ter...
-
Selamat malam, kelam. Aku sudah tak menghitung hari untuk merasa muram. Ntah sampai kapan aku selalu geram; kepada diri ini. Tak mampu memaa...
-
Setelah sembilan hari berlalu. Setelah kamu memberi kejelasan dari kesemuan. Dan, setelah itu pula aku baru tahu. Bahwa aku tak mampu. Tak...
-
Kali ini aku ingin kembali menulis. Perihal apapun yang ada di benakku. Sudah cukup lama aku tak kembali menari-nari di atas keyboard lapto...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar