Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk terus berlari. Sampai dimana ia akan kembali datang dan aku terjerat dengan apa apa yang kusebut sudah berlalu. Hari kemarin biar menjadi diriku yang kemarin, yang perlu dipersiapkan adalah hari esok, lusa dan seterusnya. Tapi seperti bayangan ia selalu ada di belakangku dan mengiringi.
Seperti apa sebenarnya memaafkan masa lalu? Memaafkan diri sendiri atas apa yang sudah diperbuat kala itu? Seperti apa sebenarnya merelakan masa lalu? Membiarkan ia bahagia dan menempuh hidupnya yang baru tanpa diriku? Perasaan seperti apa sebenarnya, lega? Puas? atau apa? Aku tidak pernah benar benar tahu, sebab apa apa yang ada di benak tidak mudah menghilang begitu saja, setiap kenangan dan memori yang pernah ada tidak akan pergi begitu saja, bahkan hampir seluruh hidupku adalah masa lalu, masa kini adalah hari ini saja, masa depanku hanya hari esok saja. Sisanya? adalah masa lalu bukan? Sebab esok adalah hari hari yang tidak pernah kuduga, hari hari yang tidak pasti, hari hari yang tidak bisa kutulis dengan akhir yang lebih bahagia.
Meski begitu, hidup tetap harus berjalan. Beriringan dengan yang lalu untuk hal hal yang akan datang. Mempersiapkan diri, meneguhkan hati, membuka mata untuk esok hari dan tetap bertahan hidup sampai waktu yang tidak diketahui. Setidaknya untuk diri sendiri, jika memang tidak ada lagi seseorang yang mendampingi, setidaknya untukku sendiri. Menjadi bahagia, menata kembali untuk diriku yang seutuhnya. Mempersiapkan diri untuk besok yang kita sebut masa depan. Meski sekali lagi, tidak ada kepastian bahwa masa depan adalah aku yang lebih bahagia, bahwa masa depan adalah akhir cerita yang diimpi impikan. Tapi semua masih bisa diusahakan, bukan? Yang bisa diubah adalah nasib kita yang sebenarnya mau seperti apa. Bukan masa lalu yang sudah terjadi dan kita lewati. Yang bisa diubah adalah diri ini mau dibentuk seperti apa, dan yang menentukan adalah aku sendiri. Sisanya bagaimana Yang Maha Kuasa. Meski belum tentu lebih baik, belum tentu lebih benar setidaknya aku harus terus belajar dan membenahi yang sudah terlanjur hancur.
Kata seseorang masa lalu untuk dipelajari bukan untuk dikenang. Tapi sebagaimana kita mempelajari sesuatu begitu pula kita harus mengingat bukan? Untuk memahami, untuk lebih mengerti. Dengan begitu kita bisa menjadi lebih paham atas kejadian penting apa yang bisa dijadikan pelajaran. Akui saja, sebagian besar yang ada di otak manusia adalah kenangan. Jelas sekali, karena masa depan hanya angan-angan, adalah mimpi yang akan kalian kejar, adalah hasil yang tidak kita ketahui. Jadi, aku hidup dengan masa laluku untuk masa depan. Kita saling beriringan. Bahkan tanpa masa lalu itu, tidak ada aku disini menulis cerita yang panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar