Sabtu, 30 September 2017

Tanpamu Kini hingga Nanti

Hati ini kalut, terus berdebar. Pikiranku tak karuan, senyum terus mengembang setiap pertemuan.
Kamu, pemberi rasa tegar. Penguat hati paling andal.

Hari demi hari kita lewati. Melukiskan pelangi setelah hujan. Menghilangkan rasa sesal yang tersimpan. Memberi payung sebelum langit menjatuhkan airnya. Menjaga hati yang tlah rusak olehnya. Sesederhana itu kita saling melengkapi. Berbagi sakit yang dialami, menggantikannya dengan senyum dan tawa. Walau kadang langit tak secerah biasanya, malam tak lagi terasa tenang seperti biasanya. Hadirmu, mampu mengubah mendung dan malam kelam itu. Sesederhana itu, hadirmu mampu mengubah hariku.

Hingga suatu saat. Tanpa adanya tanda, kau pergi ntah kemana. Tanpa memberi isyarat bahwa kau tak lagi ada. Hadirmu tak sesering dulu. Senang sekali menghilang. Tanpa adanya penjelasan. Tak mampunya aku, menahan rasa pilu sendirian. Asal kau tahu. Aku ini tak sekuat yang kau pikirkan.

Yang ku percaya selama ini, kau selalu ada. Berjalan beriringan, memikul beban. Kini semua hanya angan-angan. Hanya bayang yang ku lihat, hanya bayang yang ku gapai.

Tak apa hati, kamu harus merasa sepi sebelum ramai. Kamu harus merasa sakit sebelum disembuhkan. Sekarang tinggal bagaimana aku bertahan, dengan atau tanpa kamu untuk menguatkan.

Terbiasalah hati, jangan terus menanti. Terbiasalah tanpa hadirnya, kini hingga nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidup adalah Masa lalu?

Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk ter...