Hal tersulit yang aku punya hanyalah kepercayaan mu. Untuk berulang kali kamu meyakini, tapi berulang kali pula kamu ingkari. Jangan pernah kau berkata manis jika kenyataan itu pahit, jangan pernah ucapkan janji jika masih kau ingkari. Kamu meyakiniku seyakin yakinnya, namun kamu pula yang buat aku untuk tak percaya kamu lagi. Kekecewaan hadir saat kamu ingkari perkaatan manismu. Kamu bilang 'hangga semuanya percuma, setiap aku meyakini mu kamu pasti akan kecewa' kamu tau itu terjadi kerena apa? Karena terlalu banyak saksi yang bicara, bahwa benar keyakinanmu memang sangat mengecewakanku. Bahwa benar kalau kamu mengingkari perkataanmu. Bukan untuk yang pertama kalinya, tapi untuk kesekian kalinya.
Jangan salah kan aku jika suatu saat aku tak mempercayaimu lagi, karena kepercayaan ku tak lagi sama. Harus kah aku mempercayaimu lagi? Mempercayai semua perkataanku yang membuat aku benar benar yakin bahwa kamu tidak seperti yang mereka bicarakan? Mempercayai setiap perkataan manis mu dan setiap janjimu? Bahkan aku tidak benar benar yakin, bahwa setiap pembelaan dirimu benar benar terjadi, atau hanya menutupi kesalahan mu saja?
Sekarang salah siapa, kamu yang memang selalu mengecewakan aku? Atau aku yang terpacu karena tidak mempercayaimu (lagi)?
Senin, 15 Desember 2014
Jumat, 10 Januari 2014
Sandiwara
Hari-hari bersama pesan singkatmu,
kita bersandiwara tentang perasaan kita. Menuliskan kata demi kata yang tidak
sesuai kata hati, memberikan emoticons yang sebenarnya perasaan hati ini tidak
sesui dengan emoticons itu. Berbohong tentang perasaan kita, menunggu yang
tidak pasti akan kembali. Menikmati semua kebohongan ini.
Saat kamu hilang, dalam percakapan
itu seolah aku tidak perduli, karna yang sebenarnya tidak begitu bahkan
sebaliknya. Di dalam percakapan itu pula seolah perasaan ini sangat gembira,
karna sebenarnya semua itu bohong; tapi sebaliknya. Kenapa kita selalu nyaman
dengan percakapan ini? Terasa begitu dekat. Apa hanya dengan ini caranya agar
kita bisa dekat? Dengan cara berbohong dengan perasaan kita sendiri.
Apa kamu tau yang sesungguhnya?
Dengan datangnya kamu (lagi), membuat aku semakin terluka. Setelah kamu pergi;
hilang, dan tiba-tiba kamu datang. Apa segampang itu?
“Cukup, jangan kembali lagi!” Tapi, di sisilain “Aku
membutuhkan kamu.”
Membohongi persaan sendiri, apa itu yang terbaik?
Membohongi persaan sendiri, apa itu yang terbaik?
“Apa yang saya tulis belum tentu sesuai dengan apa yang saya
rasakan.”
Langganan:
Komentar (Atom)
Hidup adalah Masa lalu?
Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk ter...
-
Selamat malam, kelam. Aku sudah tak menghitung hari untuk merasa muram. Ntah sampai kapan aku selalu geram; kepada diri ini. Tak mampu memaa...
-
Setelah sembilan hari berlalu. Setelah kamu memberi kejelasan dari kesemuan. Dan, setelah itu pula aku baru tahu. Bahwa aku tak mampu. Tak...
-
Kali ini aku ingin kembali menulis. Perihal apapun yang ada di benakku. Sudah cukup lama aku tak kembali menari-nari di atas keyboard lapto...