Selamat malam, kelam. Aku sudah tak menghitung hari untuk merasa muram. Ntah sampai kapan aku selalu geram; kepada diri ini. Tak mampu memaafkan, segala yang telah terjadi. Karena, kesalahan itu yang ku ulangi.
Pagi, beri aku sinar mentari. Bawa aku dari kesuraman ini. Beri aku kehangatan dari rasa yang telah mati ini. Arahkan jalanku untuk pulang, matahari; ada yang terlewatkan. Masih adakah seseorang yang menunggu ku 'pulang'? Mengharapkan kehadiran ku? Apa masih ada?
Walau aku tak mampu lagi berdiri, setidaknya aku masih bertahan disini. Melihat kamu merintihkan air mata karena hati ini. Mati rasa akan kasih yang kau beri. Menutup hati kepada seseorang yang ingin mengerti. Walau aku sudah buta, setidaknya aku masih mendengar kata kata mu memohon untuk aku kembali. Kata kata mereka yang menuntut ku memperbaiki. Namun, kamu harus tau. Hati ini sudah tuli, buta dan mati.
Hanya menunggu waktu, hingga kamu sadari. Apa yang kau lakukan selama ini. Berakhir sia sia.
Hanya menunggu waktu, hingga kamu benar benar letih akan kehadiran ku ini.
Langganan:
Komentar (Atom)
Hidup adalah Masa lalu?
Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk ter...
-
Selamat malam, kelam. Aku sudah tak menghitung hari untuk merasa muram. Ntah sampai kapan aku selalu geram; kepada diri ini. Tak mampu memaa...
-
Setelah sembilan hari berlalu. Setelah kamu memberi kejelasan dari kesemuan. Dan, setelah itu pula aku baru tahu. Bahwa aku tak mampu. Tak...
-
Kali ini aku ingin kembali menulis. Perihal apapun yang ada di benakku. Sudah cukup lama aku tak kembali menari-nari di atas keyboard lapto...