Hal tersulit yang aku punya hanyalah kepercayaan mu. Untuk berulang kali kamu meyakini, tapi berulang kali pula kamu ingkari. Jangan pernah kau berkata manis jika kenyataan itu pahit, jangan pernah ucapkan janji jika masih kau ingkari. Kamu meyakiniku seyakin yakinnya, namun kamu pula yang buat aku untuk tak percaya kamu lagi. Kekecewaan hadir saat kamu ingkari perkaatan manismu. Kamu bilang 'hangga semuanya percuma, setiap aku meyakini mu kamu pasti akan kecewa' kamu tau itu terjadi kerena apa? Karena terlalu banyak saksi yang bicara, bahwa benar keyakinanmu memang sangat mengecewakanku. Bahwa benar kalau kamu mengingkari perkataanmu. Bukan untuk yang pertama kalinya, tapi untuk kesekian kalinya.
Jangan salah kan aku jika suatu saat aku tak mempercayaimu lagi, karena kepercayaan ku tak lagi sama. Harus kah aku mempercayaimu lagi? Mempercayai semua perkataanku yang membuat aku benar benar yakin bahwa kamu tidak seperti yang mereka bicarakan? Mempercayai setiap perkataan manis mu dan setiap janjimu? Bahkan aku tidak benar benar yakin, bahwa setiap pembelaan dirimu benar benar terjadi, atau hanya menutupi kesalahan mu saja?
Sekarang salah siapa, kamu yang memang selalu mengecewakan aku? Atau aku yang terpacu karena tidak mempercayaimu (lagi)?
Langganan:
Komentar (Atom)
Hidup adalah Masa lalu?
Mungkin memang aku terlalu lama mengenang dan berteman dengan masa laluku, hingga tiap bayang bayangnya menghantui aku tidak lelah untuk ter...
-
Selamat malam, kelam. Aku sudah tak menghitung hari untuk merasa muram. Ntah sampai kapan aku selalu geram; kepada diri ini. Tak mampu memaa...
-
Setelah sembilan hari berlalu. Setelah kamu memberi kejelasan dari kesemuan. Dan, setelah itu pula aku baru tahu. Bahwa aku tak mampu. Tak...
-
Kali ini aku ingin kembali menulis. Perihal apapun yang ada di benakku. Sudah cukup lama aku tak kembali menari-nari di atas keyboard lapto...